Rabu, 14 Desember 2022

Koneksi Antar Materi Modul 2.3.a.8

 Coaching Untuk Supervisi Akademik 


Diterbitkan:14 Desember 2022 
Sumber:UMI KULSUM, S.Pd.
LMS Guru Penggerak modul 2.3
Penulis:Umi Kulsum, S.Pd.

 

A. Pengertian Coaching dan Relevasinya dengan Pemikiran Ki Hajar Dewantara

International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai suatu bentuk kemitraan antara seorang pendamping (coach) bersama dengan klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.

Jadi coaching merupakan proses kemitraan yang fokus pada solusi,yang menginginkan sesuatu di masa depan lebih baik lagi dan berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari sang coachee. Coaching merupakan salah satu metode yang efektif untuk diterapkan dalam bidang pendidikan yang prosesnya berpusat pada peserta didik dan dapat pula di gunakan kepada rekan sejawat untuk menggali idenya. 

Ada tiga prinsip coaching ini yaitu:

1. Membangun kemitraan yaitu membangun kesetaraan antara coach dan coachee, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara keduanya. Kesetaraan dapat dibangun dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri kita dan rendah hati.

2.  Memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan dan kesimpulan yang dinyatakan oleh coachee memakai alur TIRTA (Tujuan,Identifikasi,Rencana Aksi,Tanggung Jawab).

3. Proses kreatif yang memicu proses berpikir coachee,memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru.

Dengan metode ini, pendidik dapat mendorong peserta didik untuk menerapkan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kreatif, dengan menjadi pendengar aktif,menghadirkan secara penuh lahir dan batinnya,menanggapi keluh kesahnya sehingga merasa nyaman. Dalam coaching ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada peserta didiknya sebagai coachee untuk menemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman.

Tentu hal ini sejalan dengan pemikiran sang pelopor Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (KHD) dimana menurutnya pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah prilaku peserta didik sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat.

B. Peran Guru dalam Coaching

Dalam hal ini peran guru sebagai coaching hendaknya tidak mengajarkan atau menginstruksikan sesuatu, tidak juga memberikan saran atau solusi secara langsung. Guru membantu peserta untuk belajar dan bertumbuh. Bagaimana caranya? Yaitu dengan mengajukan pertanyaan. Tentu saja bukan sembarang pertanyaan. Namun pertanyaan-pertanyaan yang berbobot dan dapat memicu kesadaran diri dan memprovokasi tindakan kreatif, menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati, dengan demikian diharapkan guru dapat menuntun peserta didik untuk menemukan solusi di setiap permasalahan dan meraih prestasi terbaik dengan kekuatan yang dimilikinya sehingga tindak lanjutnya lebih baik lagi.

C. Konektivitas Coaching dengan Pembelajaran Berdiferensiasi dan Sosial Emosional.

Ki Hajar Dewantara menjadikan guru dalam perannya memakai sistem among yang bukan satu-satunya sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra peserta didik untuk melejitkan kodrat yang mereka miliki, apa yang dilakukan?, salah satunya adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran, dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu peserta didik, dalam hal ini “KHD mengibaratkan bahwa guru adalah petani, dan peserta didik adalah tanaman dan setiap individu peserta didik adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air, tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung yang justru membutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik”.

Selain itu pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek coaching juga sangat diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan berbobot yang diberikan guru, peserta didik akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan etika, norma sosial dan keselamatan dan kebahagiaan. 

Sekali Anda Mengerjakan Sesuatu, Jangan Takut Gagal dan Jangan Tinggalkan Itu. Orang-Orang Yang Bekerja Dengan Ketulusan Hati Adalah Mereka Yang Paling Bahagia."

Salam Bahagia

Curi pandang pikiran hilang

          Seorang bernama Candra , banyak yang bilang wajahnya mirip artis hidung mancung, kulit putih tinggi tapi sayang ekonomi sedikit te...